disadur dari cerpen karya A.A. Navis
oleh Jalal Ahmad
ADEGAN
1
SEBELUM TIRAI DIBUKA.
ALUNAN MUSIK BERCAMPUR
SUARA TEDUH AIR DAN ANGIN MENGIRINGI ALUNAN PEMBACAAN KALAM SUCI AL-QURAN [QS.
ALI IMRAN : 8].
SUARA
Rabbana
la tuziğ kulubana ba’da iz hadaytana wahab lana min ladunka rahmatan, innaka
antal wahhab.
KOOR
(SEMUA PEMAIN)
(MEREKA
BERDOA): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada
kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia)”.
PERLAHAN TIRAI MULAI TERBUKA.
TERLIHAT BAYANGAN
SEORANG KAKEK TENGAH MENGAJI DI SEBUAH SURAU TUA DENGAN MENGGUNAKAN LEKER. DARI
WAJAHNYA TERLIHAT JELAS KESEDIHAN DAN KETAKUTAN YANG MENDALAM. AIR MATANYA TAK
TERBENDUNG JATUH SATU DEMI SATU PADA LEMBARAN KITAB SUCI AL-QURAN YANG DIBACA.
KAKEK
Shadaqallahul
‘adzim…
(SETELAH
MENUTUP QURAN DAN MEMINDAHKAN LEKERNYA. KAKEK DENGAN KEGELISAHANNYA MENATAP
SEBUAH PISAU CUKUR YANG DILEKATKANNYA DI DEKAT PINTU SURAU. KEMUDIAN IA MENGAMBIL
PISAU CUKUR ITU DAN MENGGENGGAMNYA ERAT SEAKAN AKAN MELAKUKAN SESUATU DENGAN
BENDA ITU.)
black-out
ADEGAN
2
SEBUAH GENDERANG
BERTABUH MENGIKUTI SUASANA TEGANG YANG TERCIPTA. SEORANG PEMUDA
BERTERIAK-TERIAK DARI DALAM, KEMUDIAN KELUAR MEMANGGIL SEBUAH NAMA DENGAN
LANTANGNYA. SEAKAN-AKAN PEMILIK NAMA ITU SEDANG DIBURU UNTUK DIMINTA
PERTANGGUNG-JAWABANNYA. SEMAKIN LAMA SEMAKIN LANTANG IA MEMANGGIL NAMA ITU DI
DEPAN HALAMAN RUMAH SESEORANG.
PEMUDA
Ajo
Sidi! Ajo Sidi! Di mana Kau?
Ajo
Sidi! Keluar Kau!
Kau
harus mempertanggungjawabkan semua ucapanmu, Pembual! Ajo Sidi!
ISTRI
AJO SIDI
Ada
apa, Uda teriak-teriak panggil suami saya?
PEMUDA
Di
mana Ajo Sidi?
ISTRI
AJO SIDI
Ia
sudah pergi.
PEMUDA
Tidakkah
Ia tahu Kakek meninggal?
ISTRI
AJO SIDI
Sudah.
Dan Ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis.
PEMUDA
Dan
sekarang, (MENEKAN LEBIH KERAS) Dan sekarang kemana dia?
ISTRI
AJO SIDI
Kerja.
PEMUDA
Kerja?
ISTRI
AJO SIDI
Ya,
dia pergi kerja.
PEMUDA
Bangsat!
black-out
ADEGAN
3
BALIK KE MASA SILAM.
AKTIVITAS DIMULAI
KETIKA KAKEK MENABUH BEDUG, TANDA SEBENTAR LAGI ADZAN SUBUH AKAN
DIKUMANDANGKAN. SATU DEMI SATU WARGA BERDATANGAN KE SURAU UNTUK MENUNAIKAN
SOLAT.
JARUM JAM MENGIKAT
WAKTU MENGIKUTILAH SUASANA AKTIVITAS YANG TERUS BERJALAN.
PAGI ITU PARA LELAKI
DESA BERGEGAS DARI RUMAHNYA, MEREKA PERGI BEKERJA, ADA YANG MEMBAWA CANGKUL,
ADAPULA YANG BERPAKAIAN RAPI DENGAN MENENTENG TAS. KEMUDIAN PARA WANITA DESA
PUN MEMULAI AKTIVITASNYA, ADA YANG SALING MENUMBUK GABAH, ADA YANG BERDAGANG DI
SAUNG DAN ADA PULA YANG BERKELILING. SATU-DUA ANAK-ANAK BERLARI SAMBIL BERMAIN
DAN TERTAWA.
TETAPI DI DEPAN SURAU,
KAKEK HANYA ASYIK MENGASAH PISAU. SATU PER SATU ADA SAJA YANG DATANG MENGAMBIL
ATAU MENITIPKAN PISAUNYA KEPADA KAKEK. SEBAGAIN ADA YANG MEMBERINYA UPAH, NAMUN
ADA JUGA YANG HANYA MEMBERIKAN SAPA DAN SENYUMAN.
DITENGAH SIBUKNYA KAKEK
MENGASAH PISAU, SEORANG PEMUDA DATANG DENGAN SEPEDA TUANYA, KEMUDIAN TURUN DAN
MENYAPA KAKEK.
PEMUDA
Assalamualaikum…
KAKEK
Walaikumsalam…
PEMUDA
Sedang
sibuk sekali Kakek nampaknya.
KAKEK
Ah…
memang seperti ini kebiasaanku setiap hari.
PEMUDA
Tapi
kelihatannya lebih sibuk dari orang kantoran seperti aku ya, Kek.
(TERTAWA
RINGAN)
KAKEK
Halah…
bisa saja.
PEMUDA
Kek,
aku mau menitip pisau ini untuk diasah. Istriku bilang sudah tumpul. Kapan kira-kira
selesainya, Kek?
KAKEK
Besok
pagi, bisa kau ambil.
PEMUDA
Baiklah,
kalau begitu aku pamit. (SAMBIL MEMBERIKAN UANG LANGSUNG KEGENGGAMAN TANGAN
KAKEK) Assalamualaikum...
KAKEK
Walaikumsalam…
KEMUDIAN
PEMUDA ITU KELUAR MENGENDARAI SEPEDA TUANYA.
black-out
ADEGAN
4
AGAK SORE DI DEPAN SURAU.
AJO SIDI DATANG MEMBAWA
PISAU CUKUR DI TANGANNYA. IA HENDAK KE SURAU BERTEMU KAKEK. AJO SIDI YANG
DIKENAL SEBAGAI PEMBUAL DI DESA MEMILIKI BERBAGAI MAKSUD MENEMUI KAKEK, SELAIN
INGIN MEMINTA KAKEK MENGASAH PISAU CUKURNYA. AJO SIDI PUN MEMANGGIL KAKEK YANG
KEBETULAN SEDANG BERDZIKIR DALAM SURAU. KAKEK PUN MERASA TAK ENAK, KEMUDIAN
MENYUDAHI DZIKIRNYA.
AJO
SIDI
Kakek!
KAKEK
Ya,
sebentar. (KELUAR MENEMUI AJO SIDI) Ada apa Ajo Sidi?
AJO
SIDI
Bisakah
Kakek membantu saya mengasahkan pisau cukur ini?
KAKEK
Tentu
saja. Inikan sudah pekerjaanku setiap hari.
AJO
SIDI
Apakah
Kakek tidak bosan dengan pekerjaan Kakek yang seperti ini?
KAKEK
Kenapa
harus bosan? Pekerjaan ini aku lakukan atas dasar hati, bukan keserakan seperti
orang-orang di luar sana, sehingga tidak perlu saling membunuh antar teman atau
harus diam-diam mengambil harta orang lain, seperti koruptor.
AJO
SIDI
Lalu,
tidakkah terlintas dipikiran Kakek untuk segera memiliki istri?
KAKEK
(TERTAWA
RINGAN) Diusiaku yang sudah renta ini, apa gunanya aku memiliki istri? Untuk hidup
sehari-hari saja aku susah karena aku takut pada yang Maha Kuasa apabila nanti
aku tidak dapat memenuhi amanatnya.
AJO
SIDI
Apa
Kakek juga tidak ingin memiliki rumah?
KAKEK
Dari
dulu, dari muda, aku sudah tinggal di surau ini. Surau ini menjadi tempatku
mengabdi pada yang kuasa, menjadi tempatku berkeluh kesah, menjadi tempatku
bermunajad kepada Yang Kuasa.
AJO
SIDI
(TERDIAM
DAN SEAKAN BERPIKIR)
KAKEK
Kenapa?
Apa yang kau pikirkan?
AJO
SIDI
Apa
kita akan masuk surga? Kakek, aku?
KAKEK
Kenapa
kau bertanya begitu?
AJO
SIDI
Melihat kehidupan Kakek yang seperti ini, tidak memiliki
istri, tidak memiliki rumah, dan tidak tertarik pada harta karena hanya
memikirkan ibadah, mengingatkan aku pada Haji Saleh.
(SETELAH INI DIALOG ANTARA KAKEK DAN AJO SIDI HANYA
SEKADAR GERAKAN, NAMUN ALUNAN MUSIK MEMBAWA SUASANA SEMAKIN TEGANG)*
*silent act
CERITA AJO SIDI MEMBUAT KAKEK MARAH. SETELAH AJO SIDI
PERGI. IA MEMBANTING PISAU CUKUR YANG DISERAHKAN AJO SIDI KEPADANYA.
KAKEK
Kurang ajar!
black-out
ADEGAN 5
AKTIVITAS DI HARI SELANJUTNYA
TAK BANYAK BERUBAH.
PAGI
ITU, PEMUDA YANG KEMARIN MENITIPKAN PISAU PADA KAKEK HENDAK INGIN MENGAMBIL PISAUNYA.
IA DATANG MENGENDARAI SEPEDA TUANYA. KALI INI SUASANA BEGITU DINGIN KARENA
KAKEK TERLIHAT BEGITU MURAM. DI BALE DEPAN SURAU IA DUDUK DENGAN LUTUTNYA
MENEGAK MENOPANG TANGAN DAN DAGUNYA. PANDANGANNYA SAYU KE DEPAN, SEOLAH-OLAH
ADA SESUATU YANG YANG MENGAMUK PIKIRANNYA. SEBUAH BELEK SUSU YANG BERISI MINYAK
KELAPA, SEBUAH ASAHAN HALUS, KULIT SOL PANJANG, DAN PISAU CUKUR TUA BERSERAKAN
DI SEKITAR KAKI KAKEK.
PEMUDA
Assalamualaikum…
KAKEK
(DIAM SAMBIL MEMEGANG PISAU CUKUR MILIK AJO SIDI)
PEMUDA
(MENGAMBIL PISAU CUKUR ITU DARI TANGAN KAKEK)
Pisau siapa, Kek?
KAKEK
Ajo Sidi.
PEMUDA
Ajo Sidi? Si pembual itu?
KAKEK
(TAK MENYAHUT)
PEMUDA
. Apa ceritanya, Kek?
KAKEK
Siapa?
PEMUDA
Ajo Sidi.
KAKEK
Kurang ajar dia.
PEMUDA
Kenapa?
KAKEK
Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam,
menggoroh tenggorokannya.
PEMUDA
Kakek marah?
KAKEK
Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua.
Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau
imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat
baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri
kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal.
PEMUDA
(SEMAKIN PENASARAN) Bagaimana katanya, Kek?
KAKEK
(TAPI KAKEK DIAM SAJA, BERAT HATINYA BERCERITA)
PEMUDA
Ceritakanlah padaku, Kek. Mungkin saja aku bisa sedikit
melegakan hati Kakek.
KAKEK
Kau kenal padaku, bukan? Sedari kau kecil aku sudah
disini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan?
Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?
Sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat punya isteri,
punya anak, punya keluarga seperti orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku
sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin,
kuserahkan kepada Allah Subhanahu wataala.
Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya.
Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau
itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku
mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada
dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi.
Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya
bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca
Kitab-Nya. Alhamdulillah kataku bila
aku menerima karunia-Nya. Astagfirullah
kataku bila aku terkejut. Masya Allah
kataku bila aku kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan
manusia terkutuk.” (KEMUDIAN KAKEK TERDIAM AGAK LAMA)
PEMUDA
Ia katakan Kakek begitu, Kek?
KAKEK
Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah
kira-kiranya.
(KAKEK PUN BERLINANG AIR MATA)
PEMUDA
Memang apa yang diceritakan Ajo Sidi kepada Kakek?
KAKEK
“Pada suatu waktu,” Kata Ajo Sidi bercerita.*
*adegan selanjutnya
adalah penggambaran cerita Ajo Sidi tentang Haji Saleh.
black-out
ADEGAN 6
BERLATAR
DI AKHIRAT. MUSIK AGAK MISTIS.
DI
AKHIRAT TUHAN ALLAH MEMERIKSA ORANG-ORANG YANG SUDAH BERPULANG. PARA MALAIKAT
BERTUGAS DI SAMPING-NYA. DI TANGAN MEREKA TERGENGGAM DAFTAR DOSA DAN PAHALA MANUSIA.
BEGITU BANYAK ORANG YANG DIPERIKSA. MAKLUMLAH DIMANA-MANA ADA PERANG. DAN DI
ANTARA ORANG-ORANG YANG DIPERIKSA ITU ADA SEORANG YANG DI DUNIA DI NAMAI HAJI
SALEH. HAJI SALEH ITU TERSENYUM-SENYUM SAJA, KARENA IA SUDAH BEGITU YAKIN AKAN
DI MASUKKAN KE DALAM SURGA. KEDUA TANGANNYA DITOPANGKAN DI PINGGANG SAMBIL
MEMBUSUNGKAN DADA DAN MENEKURKAN KEPALA KE KUDUK. KETIKA DILIHATNYA ORANG-ORANG
YANG MASUK NERAKA, BIBIRNYA MENYUNGGINGKAN SENYUM EJEKAN. DAN KETIKA IA MELIHAT
ORANG YANG MASUK KE SURGA, IA MELAMBAIKAN TANGANNYA, SEOLAH HENDAK MENGATAKAN
‘SELAMAT KETEMU NANTI’. BAGAI TAK HABIS-HABISNYA ORANG YANG BERANTRI BEGITU
PANJANGNYA. SUSUT DI MUKA, BERTAMBAH YANG DI BELAKANG. DAN TUHAN MEMERIKSA
DENGAN SEGALA SIFAT-NYA.
AKHIRNYA
SAMPAILAH GILIRAN HAJI SALEH. SAMBIL TERSENYUM BANGGA IA MENYEMBAH TUHAN. LALU TUHAN
MENGAJUKAN PERTANYAAN PERTAMA.
(TUHAN HANYA DILAMBANGKAN DENGAN SUARA* DAN CAHAYA)
*suara menggunakan microphone
TUHAN
Engkau?
HAJI SALEH
Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh
namaku.
TUHAN
Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya
buat engkau di dunia.
HAJI SALEH
Ya, Tuhanku.
TUHAN
Apa kerjamu di dunia?
HAJI SALEH
Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.
TUHAN
Lain?
HAJI SALEH
Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku
menyebut-nyebut nama-Mu.
TUHAN
Lain?
HAJI SALEH
Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada
beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika
aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan
kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.
TUHAN
Lain?
HAJI SALEH
(HAJI SALEH TAK DAPAT MENJAWAB LAGI. IA TELAH
MENCERITAKAN SEGALA YANG IA KERJAKAN. IA TERMENUNG DAN MENEKURKAN KEPALANYA.
API NERAKA TIBA-TIBA MENGHAWAKAN KEHANGATANNYA KE TUBUH HAJI SALEH. DAN IA
MENANGIS.)
TUHAN
Lain lagi?
HAJI SALEH
Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang
Mahabesar, lagi Pengasih dan Penyayang, Adil dan Mahatahu.
TUHAN
Tak ada lagi?
HAJI SALEH
O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.
TUHAN
Lain?
HAJI SALEH
Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada
yang lupa aku katakan, aku pun bersyukur karena Engkaulah Mahatahu.
TUHAN
Sungguh tidak ada lagi yang kau kerjakan di dunia selain
yang kau ceritakan tadi?
HAJI SALEH
Ya, itulah semuanya, Tuhanku.
TUHAN
Masuk kamu.
(DAN MALAIKAT DENGAN SIGAPNYA MENJEWER HAJI SALEH KE
NERAKA)
black-out
ADEGAN 7
LATAR
DI NERAKA. SESEKALI ADA TERIAKAN-TERIAKAN ORANG MERINTIH.
HAJI
SALEH TERCENGANG KARENA DI NERAKA BANYAK TEMAN-TEMANNYA DI DUNIA TERPANGGANG
HANGUS, MERINTIH KESAKITAN. DAN IA TAMBAH TAK MENGERTI DENGAN KEADAAN DIRINYA KARENA
SEMUA ORANG YANG DILIHATNYA DI NERAKA ITU TAK KURANG IBADATNYA DARI DIA
SENDIRI. TAPI SEBAGAIMANA HAJI SALEH, ORANG-ORANG ITU PUN, TAK MENGERTI JUGA.
DI
NERAKA MEREKA DIGAMBARKAN DENGAN BERBAGAI BENTUK HEWAN, ADA YANG MENJADI
MONYET, ANJING, BABI, KERBAU, DAN KELELAWAR.
HAJI SALEH (MONYET)
Bagaimana Tuhan kita ini? Bukankah kita di suruh-Nya taat
beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita.
Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.
PENGHUNI NERAKA 1 (ANJING)
Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri
dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.
HAJI SALEH (MONYET)
Ini sungguh tidak adil.
SEMUA PENGHUNI NERAKA
Memang tidak adil!
HAJI SALEH (MONYET)
Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan
kita. Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke
neraka ini.
SEMUA PENGHUNI
Benar. Benar. Benar.
PENGHUNI NERAKA 2 (BABI)
Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?
HAJI SALEH (MONYET)
Kita protes. Kita resolusikan.
PENGHUNI NERAKA 3 (KERBAU)
Apa kita revolusikan juga?
HAJI SALEH (MONYET)
Itu
tergantung keadaan, yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap
Tuhan.
PENGHUNI NERAKA 4 (KELELAWAR)
Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja,
banyak yang kita perolah.
SEMUA PENGHUNI NERAKA
Setuju. Setuju. Setuju.
LALU MEREKA BERANGKATLAH BERSAMA-SAMA MENGHADAP TUHAN.
TUHAN
Kalian mau apa?
HAJI SALEH (MONYET)
(HAJI SALEH YANG MENJADI PEMIMPIN DAN JURU BICARA TAMPIL
KE DEPAN. DAN DENGAN SUARA YANG MENGGELETAR, IA MEMULAI PIDATONYA)
O,
Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang
paling taat beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah orang-orang yang
selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran- Mu,mempropagandakan
keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak
sesat sedikitpun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah
kami Engkau panggil kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum
terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang
cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ke surga
sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu.
TUHAN
Kalian di dunia tinggal di mana?
HAJI SALEH (MONYET)
Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia.
TUHAN
O, di negeri yang tanahnya subur itu?
HAJI SALEH (MONYET)
Ya, benarlah itu, Tuhanku.
TUHAN
Tanahnya yang mahakaya raya, penuh logam, minyak, dan
berbagai bahan tambang lain, bukan?
SEMUA PENGHUNI NERAKA
Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.
(MEREKA MULAI MENJAWAB SERENTAK. FAJAR KEGEMBIRAAN TELAH
MEMBAYANG DI WAJAHNYA KEMBALI)
TUHAN
Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman
tumbuh tanpa di tanam?
SEMUA PENGHUNI NERAKA
Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.
TUHAN
Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?
SEMUA PENGHUNI NERAKA
Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.
TUHAN
Negeri yang lama diperbudak negeri lain?
HAJI SALEH (MONYET)
Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.
TUHAN
Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut
ke negerinya, bukan?
PENGHUNI NERAKA 1 (ANJING)
Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi.
Sungguh laknat mereka itu.
TUHAN
Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu
selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya,
bukan?
PENGHUNI NERAKA 2 (BABI)
Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami
tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.
TUHAN
Engkau rela tetap melarat, bukan?
PENGHUNI NEREKA 3 (KERBAU)
Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.
TUHAN
Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat,
bukan?
PENGHUNI NERAKA 4 (KELELAWAR)
Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua
pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.
TUHAN
Tapi seperti kalian juga, apa yang disebutnya, tidak di
masukkan ke hatinya, bukan?
SEMUA PENGHUNI NERAKA
Ada, Tuhanku.
TUHAN
Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga
anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain
mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara
kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya
raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak
mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau
semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di
sembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai, Malaikat, halaulah
mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!
(SEMUA MENJADI PUCAT PASI TAK BERANI BERKATA APA-APA
LAGI. TAPI HAJI SALEH YANG MASIH PENASARAN, BERTANYA PADA MALAIKAT YANG
MENGGIRING MEREKA ITU)
HAJI SALEH (MONYET)
Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan
di dunia?
MALAIKAT
Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu
mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat
sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan
anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah
kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum,
bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.
(MEREKA PUN PASRAH DAN MASUK KEMBALI KE NERAKA)
black-out
ADEGAN 8
LAMPU
BELUM HIDUP. MUSIK SUDAH MENCEKAM.
KEMBALI
PADA SUASANA ADEGAN 1, DI MANA KAKEK MEMEGANG PISAU CUKUR MILIK AJO SIDI. KAKEK
YANG SEMAKIN BIMBANG DAN PUTUS ASA MEMUTUSKAN MENGAKHIRI HIDUPNYA DENGAN
MENGGOROK LEHERNYA DENGAN PISAU CUKUR ITU.
DIKEGELAPAN
PANGGUNG TERDENGAR JERITAN KAKEK YANG MENGGOROK LEHERNYA. LAMPU PELAN-PELAN
MUNCUL TEPAT DI MANA KAKEK BERADA. TERLIHAT BAJU PUTIH KAKEK BERLUMUR DARAH,
TANGANNYA MASIH MEMEGANG PISAU CUKUR MILIK AJO SIDI YANG LAMBAT LAUN PISAU ITU
TERJATUH DISUSUL TUBUH KAKEK YANG AMBUK DI ATAS ALAS SURAU.
WARGA
YANG BIASA MENUNAIKAN SOLAT SUBUH BERJAMAAH DI SURAU TERKEJUT MENEMUKAN KAKEK
TERBUJUR KAKU DENGAN KONDISI YANG SANGAT MENGENASKAN. KEMUDIAN SELURUH WARGA SEMAKIN
HEBOH DENGAN KABAR KEMATIAN KAKEK. MEREKA BERSAMA-SAMA MENGURUS JENAZAH KAKEK.
PEMUDA
(TERIAK) Ajo Sidi!
(PEMUDA YANG MELIHAT KEJADIAN INI, LANGSUNG BERGEGAS
MENCARI AJO SIDI KARENA MENGANGGAP PENYEBAB SEMUA INI ADALAH AJO SIDI)
black-out
ADEGAN 9
SURAU
SEMAKIN TIDAK TERAWAT, BAHKAN KONDISINYA HAMPIR ROBOH.
SETELAH KEMATIAN KAKEK TINGGALLAH
SURAU ITU TANPA PENJAGANYA. HINGGA ANAK-ANAK MENGGUNAKANNYA SEBAGAI TEMPAT
BERMAIN, MEMAINKAN SEGALA APA YANG DISUKAI MEREKA. PEREMPUAN YANG KEHABISAN
KAYU BAKAR, SERING SUKA MENCOPOTI PAPAN DINDING ATAU LANTAINYA.
DI SUDUT LAIN PEMUDA
ITU MUNCUL DAN MENUTUP CERITA INI DENGAN SEBUAH SIMPULAN YANG MENJADI PELAJARAN
BAGI SEMUA MANUSIA.
PEMUDA
Jika
kalian datang sekarang ke kampungku, kalian hanya akan menjumpai gambaran yang
mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian
cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan
mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodo manusia
sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak di jaga lagi. Dan biang
keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal
kebenarannya.
***
black-out
SELESAI
Jakarta, 17 Maret 2017
Dibuat khusus untuk Teater 8
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
